Kafir Qurays dengan sungguh-sungguh
dan segala daya berupaya menghentikan laju dakwah Islam, termasuk dengan
melakukan intimidasi kepada Abu Thalib, paman Rasulullah.
Setelah turun wahyu Allah dalam Surat
Asy-Syuara ayat 214, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu
terdekat,” Rasulullah Saw mulai mendatangi orang-orang terdekat beliau
untuk diajak kepada agama Allah. Pertama beliau mengajak orang-orang di
rumahnya. Mulai dari istrinya, Khadijah, Ali bin Abi Thalib (anak
pamannya) dan Zaid bin Haritsah (budak yang kemudian beliau merdekakan
dan diangkat menjadi anak angkat). Semuanya mengimani dan mempercayai
beliau.
Setelah menyeru kepada keluarganya,
Rasulullah mulai mendekati sahabat-sahabat terdekatnya. Abu Bakar
Ash-Shiddiq, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf,
Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidilah, dan seterusnya.
Berbondong-bondonglah orang masuk Islam, baik laki-laki maupun
perempuan. Sehingga nama Islam segera tersebar di seantero Makkah.
Setelah sahabat-sahabatnya berduyun-duyun
mengimani Allah Swt dan Rasul-Nya, beliau kemudian diperintah oleh
Allah Swt untuk menyampaikan risalah-Nya kepada semua manusia. “Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS.
Al-Hijr ayat 94).
Setelah itu jumlah kaum Muslimin hari
demi hari terus bertambah, meskipun mereka harus berhadapan dengan
penyiksaan dan tekanan dari orang-orang kafir.
Perkembangan Islam di Makkah ini tentu
saja membuat kaum Qurays serius dalam mengawasi penyebaran Islam. Sebab
Islam telah menyebar di tengah masyarakat secara cepat. Islam membakar
kekufuran mereka dan di abu bekas pembakaran itu lalu ditanam
benih-benih keimanan. Karena itulah, orang-orang Qurays kemudian
berupaya sungguh-sungguh dengan berbagai sarana untuk menghentikan laju
penyebaran Islam.
Untuk itu, salah satu cara yang mereka
tempuh adalah dengan mengintimidasi keluarga Rasulullah. Abu Thalib,
paman Rasulullah yang selama ini melindungi dakwah beliau, menjadi
sasaran intimidasi.
Imam Baihaqi meriwayatkan kisah ini
secara ringkas, bahwa orang-orang Qurays mendatangi Abu Thalib dan
mengancamnya. Lalu Abu Thalib berkata kepada Rasulullah Saw, “Wahai
keponakanku! Kaummu telah mendatangiku dan mengatakan begini dan begini,
terserah aku dan kamu, jangan kamu bebani aku dengan perkara yang aku
dan kamu tak mampu memikulnya, maka hentikanlah perkataanmu yang mereka
benci.’”
Rasulullah Saw mengira bahwa pamannya
akan meninggalkannya dan menyerahkannya, pamannya sudah lemah dan tidak
lagi mampu menolongnya. Maka Rasulullah Saw berkata,
“Wahai pamanku! Demi Allah,
seandainya mereka menaruh matahari di sebelah tanganku dan buan di
sebelah kiriku supaya aku meninggalkan urusan (agama) ini, niscaya
sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya, sampai Allah memenangkan
agamanya atau aku binasa karenanya.”
Tujuan Muhammad Saw dalam berdakwah
bukanlah harta, kekayaan dan bukan pula kedudukan, namun tujuannya
adalah menyampaikan dakwah dan membangun kekuatan yang akan menyebarkan
prinsip-prinsip keadilan bagi manusia berdasarkan dorongan keimanan.
Sungguh telah jelas dan terang benderang tujuan Rasulullah ini.
Maka, ketika beliau berpaling, Abu Thalib
pun memanggil beliau seraya mengatakan, “Menghadaplah kemari, hai
keponakanku!” Maka Rasulullah menghadap kepadanya. Abu Thalib
mengatakan, “Pergilah wahai keponakaku, katakan apa yang ingin kamu
katakan. Demi Allah, aku tidak akan menyerahkanmu kepada siapapun
selamanya.”
Inilah usaha pertama orang-orang Qurays untuk mengintimidasi keluarga Rasulullah Saw. Dan usaha itu ternyata gagal total. Alhamdulillah....
No comments:
Post a Comment